Di kota metropolitan seperti ini, orang-orang sibuk mencari kerja; sedangkan ia memilih pergi. Saat jam makan siang tiba, ia sengaja memilih pergi ke rooftop gedung sendiri saja. Pelan diperhatikannya sekelilingnya: mobil-mobil terjebak macet, orang-orang yang ramai menuju warung makan kaki lima di sekitarnya, ojek online berjalan terburu dan dihentikan oleh penjaga keamanan kantor.
Sambil melihat sekeliling, ia merogoh kantong celana mengambil sekotak rokok Marlboro merah. Masih ada beberapa batang, pikirnya. Diambilnya satu lalu diselipkan di antara bibirnya. Hari itu ia merasa lebih bebas daripada orang-orang yang dipenjara oleh alarm bangun pagi dan dirantai dasi kerja. Ia masih belum tahu hendak apa selanjutnya. Di kepalanya, besok perlu dipikirkan besok. Ia percaya hal-hal besar segera datang. Barangkali begitulah caranya bertahan hidup dalam kesunyian yang berdendang begitu asyik di kepala.